Selasa, 15 April 2008

tanaman lada

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN LADA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN LADA PDF Cetak
Sejak jaman dahulu kala, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempahrempah yang terkenal. Sebagian besar rempah rempah yang diperdagangkan di dunia adalah lada (Peper nigrum Linn), sehingga lada mendapat julukan sebagai rajanya rempah rempah atau King of Spice. Namun, kejayaan rempah rempah Indonesia tersebut ternyata kini hanya tinggal kenangan. Produksi rempah rempah Indonesia khususnya lada pada satu dekade terakhir ini mengalami fluktuasi yang cukup drastis dan cenderung semakin menurun, bahkan semakin sulit menembus dan bersaing dalam perdagangan internasional. Sebagai akibatnya, Indonesia bukan lagi sebagai negara pemasok utama lada dunia, bahkan sekarang ini semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan negara negara penghasil utama lada seperti Malaysia maupun Brazil. Pada tahun 1993, volume produksi lada mencapai titik yang rendah sekali yakni sebesar 23.500 ton (berada jauh di bawah India yang mencapai 55.000 ton). Lebih lanjut, dengan rendahnya mutu lada yang dihasilkan oleh petani menyebabkan lada asal Indonesia sering mengalami penahanan (detention) oleh Food and Drugs Administrantion (FDA) di Amerika Serikat. Penahanan tersebut terjadi karena adanya pencemaran oleh mikroorganisme, bahan asing, kadar air, dan kadar minyak lada yang tidak memenuhi syarat (lihat pada Tabel 1). Permasalahan tersebut di atas disebabkan karena mayoritas masyarakat petani lada di Indonesia masih menggunakan teknologi tradisional, baik dalam budidayanya maupun dalam penanganan pascapanennya. Disamping faktor teknologi tersebut, perangkat sistem dan kebijakan yang ada juga tidak mendukung bagi terciptanya suatu mekanisme pasar yang kondusif. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan negara negara produsen utama lada lainnya, ternyata produktivitas lada Indonesia saat ini tergolong rendah (lihat pada Tabel 2). Untuk itulah BPPT dibawah Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian melakukan pengkajian dan penerapan teknologi budidaya tanaman lada yang dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Beberapa teknologi yang dikaji dan dimasyarakatkan ke petani antara lain: (a). teknologi pemberian hormon (zat pengatur tumbuh), (b). teknologi pemupukan, (c). teknologi penggunaan tajar (Tiang. rambat), (d). teknologi naungan/peneduh, dan (e). teknologi pemferian mulsa. Diharapkan bahwa kegiatan ini akan dapat mengembalikan predikat Indonesia sebagai produsen lada utama, disamping memiliki arti yang strategis untuk : (a) meningkatkan ekspor non migas (devisa negara), (b) penyediaan lapangan kerja, dan (c) pemberdayaan ekonomi rakyat. Tabel 1. Data Produksi dlan Ekspor Lada Indonesia Periode 1987 -1997 Tahun/ Produksi/ Ekspor (ton)/ Volume(ton)Nilai US$ 106 1987/ 36.000 / 29.994,0/ 148,186 1988/ 47.000 / 41.494,0/ 144,499 1989/ 50.000 / 42.136,0/ 108,832 1990/ 53.000 / 47,675,8/ 79,311 1991/ 61.000 / 49,664,6/ 65,757 1992/ 62.000 / 61.433,3/ 61,385 1993/ 23.500 / 22.801,0/ 43,544 1994/ 42.500 / 35.134,0/ 76,470 1995/ 59.000 / 56.129,0/ 150,560 1996/ 39.200 / 36.202,0/ 96,267 1997/ 37.044*/ 32.501,4/ 159, 532 Sumber : Paper Statistical Yearbook IPC (1997) *) Prediksi Tabel 2. Areal dan Produksi Lada Negara Produsen Utama Negara/Areal (ha)/Produksi Total/Rata-rata (ton)(kg/ha) India/ 106.300 / 28.100/ 264 Indonesia/ 49.200 / 27.000/ 549 Malaysia/ 8.800 / 30.000/ 3.409 Brazil/ 6.900 / 18.200/ 2.638 Sumber : Paper Statistical Yearbook IPC (1997) Prospek Ekonomi Lada merupakan komoditas ekspor yang kuat posisinya sebagai penopang ekonomi Indonesia, karena ternyata mampu menghasilkan devisa yang tangguh (lihat Tabel 1). Selama krisis moneter pada medio 1997 sampai sekarang, produk-produk manufaktur Selama krisis moneter pada medio 1997 sampai sekarang, produk-produkmanufaktur mengalami pertumbuhan negatif, justru hasil pertanian menjadi penyelamat. Hal ini mernbuktikan betapa pentingnya sektor pertanian sebagai penyangga perekonomian nasional yang selama ini diabaikan. Sebagai gambaran, berikut ini adalah garis besar hasil Analisis Rugi Laba dalam budidaya tanaman lada (Lampiran). Tabel 3. Analisis Rugi Laba Dalam Budidaya Lada (Satuan Luas = 1 ha) No. Uraian Nilai (Rp) 1 BIAYA PRODUKSI 25.000.000,- a Penyiapan clan Pengolahan Lahan 4.000.000,- (1 ha x Rp. 4.000.000,- = Rp. 4.000.000,-) I b. Pembelian Stek Bibit, Tanaman Panjat clan. Penanaman 6.000.000,- (1 ha x Rp. 6.000.000,- = Rp. 6.000.000,-) c. Pembelian Sarana Produksi (Pupuk, Hormon Pengatur 7.500.000,- Tumbuh, Obat obatan, d11.) a) (1 ha x Rp. 7.500.000,- = Rp. 7.500.000,-) d. Pemeliharaan (pembersihan gulma, pemangkasan clan 4.500.000,- peraiatan lapangan) a) I (1 ha x Rp. 4.500.000,- = Rp. 4.500.000,-) e. Lain-lain l Tak Terduga a) 3.000. 000,- (1 ha x Rp. 3.000.000,- = Rp. 3.000.000,-) 2. NILAI PRODUKSI (rata-rata per tahun) 62.500.000,- Volume Produksi (rata-rata) : (1 ha x 2.500 kg = 2.500 kg) I Nilai Produksi (2.500 kg x Rp. 25_000,-1 kg = Rp. 62.500.000,-) I 3. KEUNTUNGAN BERSIH (per tahun) a. Keuntungan Bersih (per tahun). Tahun ke 4 (Panen Perdana) = Rp. 62.500.000,- - Rp. 25.000.000,- b) = Rp. 37.500.000; b. Keuntungan Bersih (per tahun). Tahun ke 5 sld 12 c) = Rp. 62.500.000,- - (Rp. 2.500.000,- + Rp. 1.500.000,- + R p. 1.000.000;-) I = Rp. 57.500.000,- Keterangan a) = Jumlah biaya selama 3 tahun (sampai menghasilkanlpanen). b) = Modal DasarIUsaha selama 3 tahun pertama = Rp. 25.000.000,- c) = Keuntungan Bersih = Nilai Produksi - (Sarana Produksi + Pemeliharaan + Lain-lain) Jakarta 21 Maret 2002 Koordinator Kegiatan Ir. Daru Mulyono, MSi. Gedung BPP Teknologi II, Lantai 17 JI. M. H. Thamrin 8 Jakarta Pusat Telepon : (021) 3169619 Fax : (021) 3150537
<> Selanjutnya >

Tidak ada komentar: